Penjelasan 11 Sektor Saham di BEI Lengkap dengan Contohnya

Kenali 11 sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), lengkap dengan karakteristik dan contoh emiten untuk membantu kamu memilih saham yang tepat.

8/4/20252 min read

Yuk kenalan dengan 11 Sektor saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1.Sektor Keuangan (Financials)

Apa itu?
Mencakup bank, perusahaan asuransi, pembiayaan, sekuritas, dan manajer investasi.
Karakteristik: Umumnya stabil dan tahan terhadap krisis jangka pendek.
Contoh saham: BBCA (BCA), BBRI (BRI), BMRI (Bank Mandiri), BFIN (BFI Finance)
Cocok untuk: Investor jangka panjang yang mencari kestabilan.

2. Sektor Energi (Energy)

Apa itu?
Perusahaan yang bergerak di bidang energi seperti batu bara, minyak bumi, dan gas.
Karakteristik: Sangat dipengaruhi harga komoditas global.
Contoh saham: ADRO (Adaro), PTBA (Bukit Asam), PGAS (Perusahaan Gas Negara)
Cocok untuk: Investor yang peka terhadap isu global dan tren energi.

3. Sektor Barang Baku (Basic Materials)

Apa itu?
Perusahaan penghasil bahan mentah, seperti semen, logam, kimia, kertas.
Karakteristik: Sering naik saat proyek infrastruktur meningkat.
Contoh saham: INKP (Indah Kiat), SMGR (Semen Gresik), TINS (Timah)
Cocok untuk: Investor yang tertarik sektor manufaktur dan bahan bangunan.

4. Sektor Properti & Real Estat (Properties & Real Estate)

Apa itu?
Mencakup pengembang perumahan, apartemen, kawasan industri, hingga mal.
Karakteristik: Fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh suku bunga dan kebijakan pemerintah.
Contoh saham: PWON (Pakuwon), SMRA (Summarecon), BSDE (BSD)
Cocok untuk: Investor yang sabar dan paham siklus ekonomi.

5. Sektor Infrastruktur (Infrastructure)

Apa itu?
Perusahaan yang bergerak di jasa konstruksi, jalan tol, bandara, telekomunikasi.
Karakteristik: Berkaitan erat dengan proyek negara, seperti IKN.
Contoh saham: WIKA (Wijaya Karya), JSMR (Jasa Marga), TLKM (Telkom)
Cocok untuk: Investor yang suka sektor pembangunan dan BUMN.

6. Sektor Barang Konsumen Primer (Consumer Non-Cyclicals)

Apa itu?
Produk kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, dan farmasi.
Karakteristik: Stabil karena dibutuhkan sehari-hari, cocok untuk jangka panjang.
Contoh saham: ICBP (Indofood CBP), UNVR (Unilever), KLBF (Kalbe Farma)
Cocok untuk: Investor konservatif yang mencari dividen dan kestabilan.

7. Sektor Barang Konsumen Sekunder (Consumer Cyclicals)

Apa itu?
Produk konsumsi yang dibeli saat ekonomi sedang bagus seperti otomotif, retail fashion, dan elektronik.
Karakteristik: Sensitif terhadap daya beli masyarakat.
Contoh saham: MAPI (Mitra Adiperkasa), ACES (Ace Hardware), ASII (Astra)
Cocok untuk: Investor yang mengikuti siklus ekonomi.

Lihat Juga : Apa Itu Uptrend dan Downtrend? Panduan Sederhana untuk Pemula Saham

8. Sektor Teknologi (Technology)

Apa itu?
Perusahaan berbasis teknologi seperti e-commerce, software, data center, dan digital service.
Karakteristik: Potensi pertumbuhan tinggi, namun risikonya juga besar.
Contoh saham: GOTO (GoTo), BUKA (Bukalapak), DCI (Data Center Indonesia)
Cocok untuk: Investor agresif dan melek digital.

9. Sektor Transportasi & Logistik (Transportation & Logistic)

Apa itu?
Perusahaan transportasi udara, laut, darat, dan logistik.
Karakteristik: Dipengaruhi harga BBM dan volume pengiriman.
Contoh saham: ASSA (Adi Sarana Armada), SMDR (Samudera Indonesia), WEHA (White Horse)
Cocok untuk: Investor yang mengikuti tren ekspor dan e-commerce.

10. Sektor Perindustrian (Industrials)

Apa itu?
Pabrik, manufaktur, mesin, dan alat berat.
Karakteristik: Tumbuh seiring peningkatan produksi dan ekspor.
Contoh saham: HEXA (Hexindo), SMSM (Selamat Sempurna), PANI (Pantai Indah Kapuk Dua)
Cocok untuk: Investor jangka menengah dengan minat sektor industri.

11. Sektor Layanan (Healthcare, Education, Hotel, Tourism, dll)

Apa itu?
Mencakup rumah sakit, klinik, pendidikan, hingga pariwisata.
Karakteristik: Makin dibutuhkan seiring peningkatan kelas menengah.
Contoh saham: MIKA (Mitra Keluarga), SRAJ (Saraswanti), PANR (Panorama)
Cocok untuk: Investor yang percaya pada pertumbuhan konsumsi domestik.

Tips Memilih Saham Berdasarkan Sektor

  1. Pilih sektor yang kamu pahami dulu

  2. Cek tren makroekonomi dan kebijakan pemerintah

  3. Lihat performa dan laporan keuangan emiten di sektor tersebut

  4. Diversifikasi: Jangan hanya di satu sektor

    Disclaimer : Postingan ini bukan merupakan sebuah rekomendasi jual dan beli. Segala informasi yang diberikan hanya sebatas Edukasi bagi para pembaca.

    Lihat Juga : Cara Membuka Rekening Dana Nasabah (RDN) untuk Beli Saham dengan Mudah